Thursday, May 17, 2012

Menceritakan Aib Pasangan (Suami atau Istri) Di Facebook dan Media Sosial Lainnya

Tidak diragukan lagi, penemuan teknologi modern telah membawa berkah dan manfaat yang tak terhingga bagi umat manusia. Berkat kecanggihan teknologi modern, kita bisa berbincang-bincang "face to face" dengan orang yang ada di benua lain. Kita juga bisa bepergian ke sebuah tempat yang jaraknya ribuan mil, hanya dalam waktu yang relatif sangat singkat.
Namun di sisi lain, teknologi modern ternyata juga bisa menjadi perangkap bagi umat manusia. Salah satu contoh teknologi modern yang paling dekat dengan kita dan bisa menjadi jembatan ke neraka adalah Facebook.

Benar. Setiap hari, tanpa kita sadari, kita ternyata telah merajut jalan menuju neraka melalui Facebook. Tidak percaya? Mari kita lihat status-status yang pernah kita tulis. Apakah dalam status-status tersebut kita pernah menyakiti orang lain, pernah membicarakan aib orang lain? Apakah dalam status-status tersebut kita pernah riya, memamerkan ibadah atau sesuatu yang kita miliki kepada orang lain? Jika iya, maka itu berarti kita telah merajut jalan ke neraka, membangun rumah di dalamnya.
Yang lebih ironis lagi, kita sering menemukan status-status yang sebenarnya sangat pribadi dan tidak boleh diceritakan kepada orang lain. Contohnya adalah status yang berkaitan dengan problem rumah tangga. 
Ketika ada masalah dengan suami, misalnya, seorang istri terkadang langsung curhat melalui Facebook. Bahkan ada yang sampai bertengkar di Facebook.
Padahal Islam secara tegas telah memperintahkan agar kita selalu menutupi aib orang lain, termasuk aib pasangan kita.
Allah Swt. telah berfirman, "…mereka (istri) adalah pakaian bagimu, dan kamu pun (suami) adalah pakaian bagi mereka." (Qs. al-Baqarah: 187)
Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa suami adalah pakaian bagi istrinya, sementara istri adalah pakaian bagi suaminya. Artinya, masing-masing pihak (suami atau istri) harus berusaha menutupi aib pasangannya dan tidak mengungkapkannya kepada orang lain, termasuk keluarga sendiri. Karena fungsi dari pakaian adalah untuk menutupi aurat (aib).
Di sisi lain, pakaian juga berfungsi sebagai perhiasan bagi yang memakainya. Untuk itu, seorang suami atau istri hendaknya juga menjadi penghias bagi pasangannya. Caranya adalah dengan menampakkan atau menceritakan hal-hal yang indah dari keluarganya atau pasangannya, dan bukan sebaliknya. Wallahu A'lam..

No comments:

Post a Comment