Saturday, November 11, 2017

Terjemah Matan Kitab Taqrib Bab Taharah Bagian I

Terjemah Matan Kitab Fathul Qorib Kitabut Thoharoh Bagian I

Bismillah, Ahlamdulillah, kami punya kesempatan lagi untuk meng-update terjemah Matan Kitab Fathul Qorib. Kali ini kami akan menambahkan Bab Pertama yang dibahas dalam Matan Kitab Fathul Qorib, yaitu Kitabut Thaharoh (Bab Bersuci).

Dalam kitab-kitab Fikih, Bab Bersuci adalah bab pertama yang dibahas para pengarang kitab, bahkan sebelum mereka membahas bab-bab yang lain, termasuk shalat, karena bersuci merupakan salah satu syarat sah beberapa ibadah, seperti shalat dan thawaf saat mengerjakan haji. Begitu juga dengan Abu Syuja’, penulis matan kitab al-Ghayah wat Taqrib. Beliau juga membahas bab bersuci ini pada bab pertama. Tepatnya setelah muqoddimah dan sebelum membahas bab shalat.

Pada kesempatan kali ini, kami akan meng-update 5 sub pokok bahasan yang dibahas dalam Kitabut Thaharoh. Kelima bahasan tersebut adalah:
Pertama: Macam-macam air
Kedua: Pembagian Air
Ketiga: Menyamak (menyucikan) Kulit Bangkai Binatang
Keempat: Memakai Siwak
Kelima: Menggunakan Bejana (Perabot Rumah Tangga)
Demikian, semoga terjemah Matan Kitab Fathul Qorib ini bermanfaat bagi kita semua, baik di dunia maupun akhirat. Insya Allah kami akan meng-update terjemah Matan Kitab Fathul Qorib ini secara berkala. Jika Anda yang ingin bertanya, berdiskusi, atau menyampaikan kritik dan saran tentang terjemah ini, dengan senang hati kami mempersilahkan Anda menyampaikannya di kolom komentar. Kami akan merasa sangat senang jika dapat bertukar fikiran dengan Anda.

كِتَابُ الطَّهَارَةِ
(Bab Bersuci)
أَنْوَاعُ اْلمِيَاهِ
(Macam-macam Air)
Air yang boleh (sah) digunakan untuk bersuci ada tujuh macam: [1] Air hujan, [2] air laut, [3] air sungai, [4] air sumur, [5] air sumber, [6] air es, dan [7] air embun.
اَلمِيَاهُ الَّتِي يَجُوْزُ بِهَا التَّطْهِيْرُ سَبْعُ مِيَاهٍ: مَاءُ السَّمَاءِ وَمَاءُ اْلبَحْرِ وَمَاءُ النَّهْرِ وَمَاءُ اْلبِئْرِ وَمَاءُ اْلعَيْنِ وَمَاءُ الثَّلْجِ وَمَاءُ اْلبَرَدِ
أَقْسَامُ اْلمِيَاهِ
(Pembagian Air)
Air dibagi menjadi empat bagian
ثُمَّ اْلمِيَاهُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ
[1] Suci dan tidak makruh untuk bersuci, yaitu air mutlak
طَاهِرٍ غَيْرِ مَكْرُوْهٍ وَهُوَ اْلمَاءُ اْلمُطْلَقُ
[2] Suci dan menyucikan, tetapi makruh untuk bersuci, yaitu air yang dipanaskan dengan sinar matahari.
وَطَاهِرٍ مُطَهِّرٍ مَكْرُوْهٍ وَهُوَ اْلمَاءُ اْلمُشَمَّسُ
[3] Suci tetapi tidak menyucikan, yaitu air musta’mal dan air yang berubah warna bau dan rasanya karena bercampur dengan benda-benda yang suci.
وَطَاهِرٍ غَيْرِ مُطَهِّرٍ وَهُوَ اْلمَاءُ اْلمُسْتَعْمَلُ وَاْلمُتَغَيِّرُ بِمَا خَالَطَهُ مِنَ الطَّاهِرَاتِ
[4] Air najis, yaitu air kurang dari dua kulah yang kejatuhan (tercampur) najis, atau lebih dari dua kulah, tetapi berubah warna, rasa, dan baunya
وَمَاءٍ نَجَسٍ وَهُوَ الَّذِيْ حَلَّتْ فِيْهِ نَجَاسَةٌ وَهُوَ دُوْنَ اْلقُلَّتَيْنِ أَوْ كَانَ قُلَّتَيْنِ فَتَغَيَّرَ
Dua kulah menurut pendapat yang paling sahih adalah 500 kati ukuran Baghdad
وَاْلقُلَّتَانِ خَمْسُمِائَةِ رِطْلٍ بَغْدَادِيٍّ تَقْرِيْبًا فِيْ اْلأَصَحِّ

تَطْهِيْرُ جُلُوْدِ اْلمَيْتَةِ
(Menyucikan Kulit Bangkai Binatang)
فَصْلٌ: وَجُلُوْدُ اْلمَيْتَةِ تَطْهُرُ بِالدِّبَاغِ إِلاَّ جِلْدَ اْلكَلْبِ وَاْلخِنْزِيْرِ وَمَا تَوَلَّدَ مِنْهُمَا أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا
Pasal: Kulit binatang dapat berubah menjadi suci jika disamak, kecuali kulit anjing, kulit babi, dan kulit binatang yang lahir dari keduanya atau salah satunya.
وَعَظْمُ اْلمَيْتَةِ وَشَعْرُهَا نَجَسٌ إِلَّا اْلآدَمِيَّ
Tulang dan rambut bangkai hukumnya najis, kecuali tulang dan rambut manusia.
اِسْتِعْمَالُ اْلأَوَانِي
(Menggunakan Bejana/Perabotan)
فصل: وَلَا يَجُوْزُ اِسْتِعْمَالُ أَوَانِي الذَّهَبِ وَاْلفِضَّةِ، وَيَجُوْزُ اِسْتِعْمَالُ غَيْرِهِمَا مِنَ اْلأَوَانِي
Pasal: Tidak boleh hukumnya menggunakan bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak, dan boleh menggunakan bejana-bejana yang terbuat dari selain keduanya.
السِّوَاكُ
(Memakai Siwak)
Memakai siwak dianjurkan (disunahkan) disegala kondisi, kecuali setelah matahari tergelincir bagi orang yang berpuasa.
فصل: وَالسِّوَاكُ مُسْتَحَبٌّ فِيْ كُلِّ حَالٍ إِلاَّ بَعْدَ الزَّوَالِ لِلصَّائِمِ
Memakai siwak sangat dianjurkan dalam tiga kondisi: ketika mulut telah berubah (menjadi bau), ketika bangun tidur, dan ketika hendak mengerjakan salat
وَهُوَ فِيْ ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ أَشَدُّ اِسْتِحْبَابًا: عِنْدَ تَغَيُّرِ اْلفَمِ مِنْ أَزْمٍ وَغَيْرِهِ وَعِنْدَ اْلقِيَامِ مِنَ النَّوْمِ، وَعِنْدَ اْلقِيَامِ إِلَى الصَّلَاةِ



8 comments: