Saturday, October 21, 2017

Apa Dibalik Penetapan Hari Santri Nasional?


Apa Dibalik Penetapan Hari Santri Nasional--Rumah Muslimah. Melalui Keputusan Presiden no 22 tahun 2015, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Sepintas, hal ini menunjukkan perhatian pemerintah terhadap kaum santri, sekaligus pengakuan pemerintah terhadap kontribusi santri dalam perjuangan merebut kemerdekaan dan dalam mengisi kemerdekaan dengan pembangunan di berbagai bidang. Hari santri nasional ini juga diharapkan dapat meningkatkan peran para santri untuk senantiasa berkontribusi dalam memajukan bangsa.
Namun, apakah ditetapkannya hari santri nasional ini benar-benar menunjukkan kepedulian pemerintah terhadap para santri dan para ulama? Benarkah pemerintah benar-benar mengakui kontribusi santri dan para ulama dalam perjuangan kemerdekaan maupun dalam mengisinya? Atau ini hanya politik dari pemerintah untuk merebut hati kaum muslimin di Indonesia?
Jika kita mau mencermati kondisi kaum muslimin di Indonesia belakangan ini, kita akan mendapati bahwa kaum muslimin di Indonesia selalu disudutkan. Setiap kali ada bom atau serangan teroris, maka semua mata pasti akan tertuju pada kaum muslimin. Islam akan dituduh sebagai penyebabnya. Kaum muslimin akan dituduh sebagai pelakunya. Jika ada kelompok yang vokal dan lantang kepada pemerintah, maka mereka akan dituduh sebagai kaum radikal, bahkan kelompok teroris.  
Hingga akhirnya, para ulama dan tokoh-tokoh agama tak lagi berani berbicara tentang Islam yang sebenarnya. Mereka hanya lantang saat berbicara tentang dalil-dalil dan argumen yang membela para penguasa. Mereka hanya bersuara keras saat membela apa yang disebut sebagai hak-hak asasi manusia. Namun mereka tak pernah punya nyali untuk berbicara tentang jihad. Mereka tak pernah lantang saat menyuarakan amar makruf nahi mungkar. Karena di negara ini, yang taat beragama akan dituduh anti NKRI, dan yang gigih membela agamanya akan dituduh  anti pancasila.
Bahkan kaum muslimin sendiri lupa bahwa Islam adalah agama yang menganggap cinta kepada negara sebagai bagian dari iman. Kita lupa bahwa negeri ini merdeka karena jasa para ulama dan kaum muslimin. Kita lupa bahwa yang dulu membakar semangat para pejuang kemerdekaan adalah ayat-ayat Al-Quran dan keimanan pada Sang pencipta, Allah Swt. Kita lupa bahwa pertempuran 10 November pecah karena resolusi jihad yang dikeluarkan KH. Imam Asy’ari. Kita lupa bahwa negara ini merdeka karena agama yang mengajarkan jihad untuk membela negara.
Musuh-musuh Islam telah berhasil menghipnotis sebagian besar generasi bangsa ini, sehingga mereka seperti kacang yang lupa pada kulitnya. Para ulama dan kaum muslimin militan, yang dari waktu ke waktu selalu menjadi benteng negara, justru difitnah dan dikatakan sebagai pendukung radikalisme dan terorisme. Umat yang berusaha melindungi tanah air dari idiologi dan budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai pancasila, malah dicap sebagai kelompok yang anti Pancasila. Setempel anti NKRI diberikan kepada siapa saja yang meneriakkan Islam dengan lantang.
Maka dengan realita ini, pantas rasanya jika kita mempertanyakan kesungguhan pemerintah dalam mengakui eksistensi kaum santri dan peran serta mereka dalam merebut kemerdekaan maupun mengisinya dengan pembangunan. Karena nyatanya, santri yang diakui hanya santri yang mendukung dan mendukung pemikiran mereka, mendukung politik mereka. Adapun mereka yang berani mengkritisi pemerintah, maka mereka tidak akan pernah dianggap santri, tapi dianggap teroris, meski sedikitpun mereka tidak pernah melakukan kejahatan. Semoga apa yang ada di benak saya ini salah!

No comments:

Post a Comment