Tidak diragukan lagi, penemuan teknologi modern telah
membawa berkah dan manfaat yang tak terhingga bagi umat manusia. Berkat
kecanggihan teknologi modern, kita bisa berbincang-bincang "face to
face" dengan orang yang ada di benua lain. Kita juga bisa bepergian ke
sebuah tempat yang jaraknya ribuan mil, hanya dalam waktu yang relatif sangat singkat.
Namun di sisi lain, teknologi modern ternyata juga bisa
menjadi perangkap bagi umat manusia. Salah satu contoh teknologi modern yang
paling dekat dengan kita dan bisa menjadi jembatan ke neraka adalah Facebook.
Benar. Setiap hari, tanpa kita sadari, kita ternyata telah
merajut jalan menuju neraka melalui Facebook. Tidak percaya? Mari kita lihat
status-status yang pernah kita tulis. Apakah dalam status-status tersebut kita
pernah menyakiti orang lain, pernah membicarakan aib orang lain? Apakah dalam
status-status tersebut kita pernah riya, memamerkan ibadah atau sesuatu yang
kita miliki kepada orang lain? Jika iya, maka itu berarti kita telah merajut
jalan ke neraka, membangun rumah di dalamnya.
Yang lebih ironis lagi, kita sering menemukan
status-status yang sebenarnya sangat pribadi dan tidak boleh diceritakan kepada
orang lain. Contohnya adalah status yang berkaitan dengan problem rumah tangga.
Ketika ada masalah dengan suami, misalnya, seorang istri terkadang langsung
curhat melalui Facebook. Bahkan ada yang sampai bertengkar di Facebook.
Padahal Islam secara tegas telah memperintahkan agar kita
selalu menutupi aib orang lain, termasuk aib pasangan kita.
Allah Swt. telah berfirman, "…mereka (istri) adalah
pakaian bagimu, dan kamu pun (suami) adalah pakaian bagi mereka."
(Qs. al-Baqarah: 187)
Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa suami adalah
pakaian bagi istrinya, sementara istri adalah pakaian bagi suaminya. Artinya,
masing-masing pihak (suami atau istri) harus berusaha menutupi aib pasangannya
dan tidak mengungkapkannya kepada orang lain, termasuk keluarga sendiri. Karena
fungsi dari pakaian adalah untuk menutupi aurat (aib).
Di sisi lain, pakaian juga berfungsi sebagai perhiasan
bagi yang memakainya. Untuk itu, seorang suami atau istri hendaknya juga
menjadi penghias bagi pasangannya. Caranya adalah dengan menampakkan atau
menceritakan hal-hal yang indah dari keluarganya atau pasangannya, dan bukan
sebaliknya. Wallahu A'lam..
No comments:
Post a Comment